Friday 5 February 2016

Kerajaan Mataram Kuno



Kerajaan Mataram Kuno

kerajaan mataram kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.

Kehidupan Politik

Kerajaan ini di didirkan oleh Sanaha (Kerajaan Galuh). Setelah wafat, ia digantikan oleh putranya yaitu Sanjaya. Sanjaya merupakan pendiri Dinasti Sanjaya, yaitu penganut Hindhu Syiwa. Pada masa Sanjaya Kerajaan ini menjadi kerajaan besar dan makmur. Setalh ia wafat digantikan oleh putranya yaitu  Rakai Panangkaran. Pada masa pemerintahannya agama Budha sudah di Mataram sudah kuat. Oleh karena itu muncul dinasti baru yaitu Dinasti Syailendra. Atas permintaan Syailendra, Rakai Panangkaran membangun Candi Kalasan (corak Budha) ini mencerminkan sudah ada toleransi di kerajaan Mataram. Munculnya Dinasti Syailendra menggeser kedudukan dinasti Sanjaya. Pada masa Raja Samaratungga Candi Borobudur selesai di bangun.
Rakai Pikayan (Sanjaya) dengan Samaratungga (syailendra) membuat kesepakatan untuk menggabungkan kerajaan. Akhirnya Rakai Pikatan menikah dengan Pramodawardani (putri Samaratungga). Setelah Samaratungga wafat, akhirnya Rakai Pikatan tampil sebagai penguasa tunggal di Mataram. Pada masa Rakai Pikatan dia membangkitkan dinasti Sanjaya dan melebur dinasti syailendra. Tetapi dia merupakan raja yang toleran dan bijaksana, ia memperbolehkan penganut hindhu dan budha hidup rukun.
Setelah wafat ia digantikan oleh Rakai kayuwangi, Dyah Balitung, Rakai Wawa yang sampai akhirnya Mataram di pimpin oleh Mpu Sindok (semula dia tangan kanan raja). Pada masa dia, pusat pemerintahan Mataram di pindah ke Jatim karena letusan gunung merapi dan ancaman dari SriwijayaMpu Sindok akhirnya mendirikan dinasti baru yaitu Isyana dan mendirikan kerajaan Medang Kamulan (jombang, jatim)

Kehidupan Ekonomi dan Agama

Rata-rata masyarakatnya bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Masyarakatnya menganut agama Hindu Siwa dan Budha yang hidup secara berdampingan. Kehidupan Sosial Budaya. Kehidupan di mataram Feodal (seluruh kekayaan milik raja, rakyat wajib membayar upeti). Kaum bangsawan menduduki kasta tertinggi. Peradaban di Kerajaan Mataram sangat tinggi, terbukti hasil kebudayaan yang dihasilkan seperti candi Borobudur dan Candi Prambanan sekarang menjadi kekayaan Indonesia.

Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno

Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.

Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok memimpin. Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas. Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.

Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:

    Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
    Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
    Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
    Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.

Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

No comments:

Post a Comment