Kerajaan Banten
Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten
Pada
awal abad ke 16, seorang ulama bernama Fatahillah yang berasal dari Pasai
datang ke Banten atas perintah Sultan Trenggana, yang tujuannya adalah
perluasan wilayah kerajaan Demak. Tahun 1527 Fatahillah berhasil merebut Sunda
Kelapa yang kemudian berganti nama menjadi Jayakarta. Direbutnya Sunda Kelapa
menjadi mudah bagi Fatahillah untuk menyebarkan agama islam di Banten. Usaha
menyebarkan agama islam di Banten dibantu anaknya yang bernama Sultan
Hasanuddin. yang pada saat itu, posisi banten masih menjadi kadipaten atau
daerah bawahan kerajaan Demak. Pada saat Trenggana gugur dalam perang merebut
blambangan di pasuruan Jatim, yang akhirnya menjadi kemelut perebutan kekuasaan
sampai akhirnya pusat kerajaan Demak dipindah ke Pajang oleh Joko Tingkir. Akhirnya
Hasanuddin memproklamirkan Banten sebagai kesultanan yang merdeka dan
independen, lepas dari kekuasaan Demak. Dengan posisi Banten yang demikian
akhirnya Kerajaan banten menjadi sebuah kesultanan yang merdeka dan Maulana
Hasanuddin menjadi raja pertama di Kerajaan Banten
Raja-raja Kerajaan Banten
1. Sultan Maulana
Hasanuddin
Dia
merupakan Raja pertama di Banten. Dia mendapat gelar Pangeran Sabakingking atau
Seda Kikin. Sultan Maulana Hasanuddin adalah putera dari Syaikh Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) dan Nyi Kawunganten (Putri Prabu Surasowan=
Bupati Banten tempo dulu). Dengan meletakkan dasar-dasar pemerintahan, Kerajaan
Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama. Pada masa pemerintahannya,
agama Islam dan kekuasaan Kerajaan Banten berkembang cukup pesat. Dibawah
pemerintahannya, Banten mengalami kemajuan yang pesat dan wilayahnya meliputi
Sunda Kelapa, Bengkulu, dan Lampung. Maulana Hasanuddin, dalam usahanya membangun
dan mengembangkan Kota Banten, lebih menitikberatkan pada pengembangan di
sector perdagangan, disamping memperluas daerah pertanian dan perkebunan. Ia
berusaha mendorong peningkatan pendapatan rakyatnya dengan melalui pertumbuhan
pasar yang sangat cepat, Karena Banten menjadi tempat persinggahan perdagangan
rempah-rempah
2.
Maulana Yusuf(Panembahan Yusuf)
Dia
adalah putra dari Maulana Hasanuddin dengan Ratu Ayu Kirana. Dia adalah anak ke 2
sultan Hasanuddin. la berupaya untuk memajukan pertanian dan pengairan. la juga
berusaha untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaannya. Kerajaan Pajajaran
yang merupakan benteng terakhir Kerajaan Hindu di Jawa Barat berhasil
dikuasainya. Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, perdagangan sudah begitu
pesat hingga Banten dikenal sebagai tempat penimbunan barang-barang dari segala
penjuru dunia yang nantinya disebarkan ke seluruh Nusantara. Para pedagang dari
cina membawa uang kepeng (uang yg terbuat dari timah), porselen, kain sutra,
benang emas, jarum, sisir, payung, dsb. Pulangnya mereka membeli rempah-rempah,
kulit penyu, gading gajah. Dengan majunya perdagangan ini, maka kota Banten menjadi
ramai baik oleh penduduk dari Banten sendiri maupun oleh pendatang. Dari
perkawinannya dengan Ratu Hadijah, Maulana Yusuf dikaruniai dua orang anak,
yaitu : Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Sedangkan dari istri-istrinya yang
lain, dikaruniai anak antara lain : Pangeran Upapati, Pangeran Dikara, Pangeran
Mandalika atau Pangeran Padalina, dsb
3.
Maulana Muhammad
Dia
adalah anak dari Maulana Yusuf dan Ratu Hadijah. Ketika Panembahan Yusuf sedang
sakit, saudaranya yang bernama Pangeran Jepara datang ke Banten. Ternyata
Pangeran Jepara yang dididik oleh Ratu Kalinyamat ingin menduduki Kerajaan
Banten. Tetapi mangkubumi Kerajaan Banten dan pejabat-pejabat lainnya tidak
menyetujuinya. Mereka mengangkat putra Panembahan Yusuf yang baru berumur
sembilan tahun bernama Maulana Muhammad menjadi raja Banten dengan gelar
Kanjeng Ratu Banten Surosowan. Karena masih kecil, sehingga yang menjadi wali
atau pengganti adalah Mangkubumi. Mangkubumi menjalankan seluruh aktivitas
pemerintahan kerajaan sampai rajanya siap untuk memerintah. Peristiwa yang
menonjol pada masa pemerintahan Maulana Muhammad adalah peristiwa penyerbuan ke
Palembang. Kejadian ini bermula dari hasutan Pangeran Mas yang ingin menjadi
raja di Palembang. Pangeran Mas adalah putra dari Aria Pangiri. Dan Aria
Pangiri adalah putra dari Sunan Prawoto. (Aria Pangiri tersisih dua kali dari
haknya menjadi raja di Demak, dan terakhir karena ketahuan hendak melepaskan
diri dari kuasa Mataram, Sutawijaya hendak membunuhnya, akan tetapi atas
bujukan istrinya hal itu tidak dilakukannya setelah Aria Pangiri berjanji tidak
akan kembali ke daerah Mataram untuk selamanya. Akhirnya dia menetap di Banten
sampai dia meninggal). Penyebabnya Maulana Muhammad yang masih muda dan penuh
semangat untuk memakmurkan Banten dan mengembangkan Islam ke seluruh Nusantara
dihasutnya (aria pangiri). Dikatakan bahwa Palembang dulunya adalah daerah
kekuasaan ayahnya sewaktu menjadi sultan Demak, kemudian membangkang dan
melepaskan diri. Disamping itu dikatakan bahwa sebagian besar rakyatnya masih
kafir, sehingga perlulah Banten menyerang ke sana untuk menyebarkan agama Islam.
Maka terjadilah pertempuran hebat di sungai Musi sampai berhari-hari. Akhirnya
pasukan Palembang dapat dipukul mundur. Tapi dalam keadaan yang hampir berhasil
itu, sultan yang memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri tertembak yang
mengakibatkan kematian beliau. Penyerangan tidak dilanjutkan, pasukan Banten pun
kembali tanpa mendapat hasil. Adapun Pangeran Mas, diceritakan bahwa setelah
pulang dari Palembang, dia tidak berani menetap lama di Banten. Rakyat Banten
menganggap bahwa dialah penyebab kematian sultan.
4.
Abdul Mufakir
Dia
memerintah banten pada usia 5 bulan. Dia merupakan anak dari Maulana Muhammad. Pada
zaman kesultanan ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting terutama pada
akhir abad ke-16 (Juni 1596) di mana orang- orang Belanda datang untuk pertama
kalinya mendarat di Pelabuhan Banten di bawah pimpinan Cornellis de Houtman
dengan maksud untuk berdagang. Kemudian di susul Jacob Van Neck, dibantu Van Waerwijk
dan Var Heemskerck. Persaingan tidak sehat yang dilakukan banten terhadap
belanda ternyata menimbulkan kerugian besar akhirnya Belanda mendirikan VOC. Namun
sikap yang kasar dari bangsa Belanda tidak menarik simpati pemerintah dan
rakyat Banten sehingga sering terjadi perselisihan di antara orang-orang Banten
dengan orang-orang Belanda. Kesultanan mengangkat seorang mangkubumi untuk
memerintah Banten yaitu Pangeran Arya Ranamenggala (karena abdul mufakir belum
cukup umur). Sultan Abdul Mufakir mulai berkuasa penuh dari tahun 1624-1643
dengan Ranamenggala sebagai patih dan penasehat utamanya. Usaha yang dilakukan
ranamenggala adalah mengadakan
penertiban-penertiban baik keamanan dalam negeri maupun kebijakan terhadap para
pedagang eropa. Pajak ditingkatkan terutama bagi belanda agar membayar pajak ke
banten. Hal ini dimaksudkan agar orang belanda tidak betah tinggal di banten. Setelah
abdul mufakir dewasa, ia mengembangkan sektor pertanian yang berupa lada,
cengkeh, dsb. dalam bidang politik, ia juga berhasil menjalin hubungan dengan
negara lain terutama negara islam. Dia merupakan penguasa banten yang mendapat
gelar dari Mekkah. Ia bersikap tegas terhadap siapa saja yang memaksakan
kehendaknya kepada Banten, misalnya menolak mentah-mentah Belanda hendak
memaksakan monopoli perdagangan di Banten. Akan tetapi, kenyataan selanjutnya
berbeda. Sultan Abdul Mufakir melakukan kerjasama dengan Belanda. Karena ia
merasa Belanda akan memberikan keuntungan kepada Banten. Hubungan antara
Belanda dan sultan ini sangat baik, karena sultan ini bersikap lunak terhadap
Belanda. Akan tetapi hubungan baik ini mulai merenggang setelah kematian Abdul
Mufakir.
5.
Sultan Ageng Tirtayasa
Seharusnya
yang menggantikan abdul mufakir adalah anaknya yaitu Abu Al Mu’ali, tetapi karena
dia meninggal terlebih dahulu sebelum ayahnya. Jadi yang menggantikan Abu Al
Mu’ali adalah anaknya yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa. Ibunya bernama Ratu
Marta Kusuma. Sultan Ageng merupakan seseorang yang taat beragama. Gelarnya dia
adalah Sultan Abu Al Fattah Muhammad Syifa Zainal Arifin atau Pangeran Ratu ing
Banten. Pada masa dia, kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan. Usaha pertama
yang dilakukan sultan ageng adalah memperbaiki hubungan dengan Lampung,
Bengkulu dan Cirebon untuk hubungan pelayaran dan perdagangan. Ia adalah
seorang yang ahli strategi perang, kemampuannya tidak diragukan lagi. Ia juga
menaruh perhatian besar terhadap pendidikan keislaman. Pada masanya, ia
membangun sebuah kraton yang diberi nama Kraton Tirtayasa. Alasan sultan ageng
membuat kraton tirtayasa adalah mempermudah dalam mengamati gerak-gerik kapal
yang keluar masuk pelabuhan banten, kraton ini juga di gunakan sebagai tempat
tinggal sultan. Akhirnya sultan ageng pindah ke Tirtayasa dan Kraton Surosowan
diserahkan kepada anaknya yang bernama sultan Haji. Ia berhasil menjalin sistem
perdagangan bebas dengan negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Denmark dan
Portugis. Sultan Ageng sangat memusuhi Belanda, karena bagi dia Belanda
menghalang-halangi perkembangan perdagangan di Banten. Konflik antar Belanda
dengan Banten memuncak lagi, bersamaan dengan konflik tersebut, ia harus
mengahdapi penghianatan yang dilakukan oleh putra kandungnya sendiri yaitu
sultan Haji. Penyebab dari penghianatan tersebut karena Sultan Haji termakan
hasutan Belanda yang mengatakan bahwa, Sultan Haji tidak bisa menggantikan
ayahnya sebab masih ada Pangeran Arya Purbaya (Saudara Sultan Haji). Maka
terjadilah persengketaan antara Sultan Haji dan ayahnya yaitu Sultan Ageng
Tirtayasa
6.
Sultan Haji
Sultan
Haji diberi wewenang untuk mengatur semua urusan dalam negeri di Surosowan. Sedangkan
di luar surosowan yang mengatur adalah masih sultan ageng bersama anaknya yaitu
pangeran purbaya. Kepindahan Sultan Ageng ke Tirtayasa, dimanfaatkan oleh belanda
untuk mendekati putra mahkota agar terpengaruh oleh hasutan Belanda. Belanda
dapat mendapat kemudahan sehingga dalam setiap upacara penting di istana
belanda selalu diundang dan turut hadir. Hubungan belanda dan sultan sangat
dekat bahkan belanda merubah semua tingkah laku sultan seperti cara berpakaian,
cara makan, dsb. Sehingga gaya hidupnya lebih condong ke Belanda drpd ke
Bangsanya sendiri. Melihat tingkah laku anaknya yang berubah, sultan Ageng
prihatin dan menyuruh guru spiritual anaknya yang bernama Syekh Yusuf supaya
memerintahkan sultan untuk melaksanakan ibadah haji di mekkah. Dengan kepergian
sultan ke mekkah, sultan ageng berharap anaknya akan berubah dan memiliki sikap
kedewasaan untuk kemajuan Banten. Tahun 1674, sultan menunaikan ibadah Haji
bersama rombongannya. Selama sultan bepergian kekuasaan sementara dipegang oleh
adiknya yaitu Pangeran Purbaya. Sultan pergi ke Mekkah selama 2 tahun oleh
karena itu ia lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji. Bukannya dia berubah
sifatnya, justru setelah pulang dari mekkah dia lebih terpengaruh dengan
hasutan Belanda. Oleh karena itu, terjadilah konflik antara Sultan Ageng dan
Sultan Haji. Dalam hal ini Sultan haji didukung oleh VOC, tetapi VOC mengajukan
persyaratan yaitu:
- Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC
- Monopoli lada di Banten di pegang oleh VOC dan harus menyingkirkan Persia, Cina, India karena mereka saingannya Belanda
- Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji
- Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman priyangan segera ditarik kembali.
Perjanjian
tersebut akhirnya disetujui oleh sultan Haji. Atas bantuan Belanda Sultan Haji
menyerang Kraton Tirtayasa. Sikap yang ditunjukkan oleh sultan haji terhadap
belanda dengan mengirimkan ucapan selamat atas pergantian Gubernur Jenderal
belanda sangat menyakitkan hati Sultan Ageng Tirtayasa. Oleh karena itu,
tanggal 27 februari 1682 sultan ageng mengeluarkan perintahnya untuk menyerang
Surosowan. Hal yang dilakukan pertama adalah membakar kampung-kampung dekat
kraton surosowan dan setelah itu menyerang kraton surosowan. Pembakaran kampung
tersebut membuat gentar belanda yang tinggal di daerah tsb. Pembakaran tersebut
terjadi semalam suntuk. Sultan Haji melarikan diri dengan meminta perlindungan
kepada orang belanda yang bernama Jacob De Roy. Setelah siang, pertempuran
tersebut terhenti. Pihak belanda menambah pasukannya sehingga perang yang
tadinya di kuasai sultan ageng berbalik ke Belanda. Sampai pada akhirnya kraton
Tirtayasa dikepung oleh belanda selama berbulan-bulan dan terjadi kelaparan.
Sampai pengikut sultan ageng bersama sultan ageng melarikan diri. Tanggal 14
maret Sultan Ageng sampai di Kraton Surosowan dan akhirnya Sultan Ageng di
penjara di Batavia sampai akhirnya dia meninggal
Kehidupan
Sosial Kerajaan Banten
Kehidupan sosial masyarakat Banten memiliki landasan
yang mengacu pada ajaran-ajaran yang berlaku dan sesuai dengan agama Islam,
sehingga kehidupan masyarakatnya hidup secara teratur. Penduduk-penduduk asli
Kesultanan Banten mendiami rumah-rumah penduduk yang tertutup dan tertata rapi
serta mengelilingi istana. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa,
kehidupan sosial masyarakat Banten semakin meningkat dengan pesat karena pada
saat itu Sultan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Usaha yang
ditempuh oleh Sultan Ageng Tirtayasa dalam menyejahterakan rakyatnya salah
satunya adalah menerapkan sistem perdagangan bebas yang mampu mengusir
VOC dari Batavia.
Kehidupan
Budaya
Masyarakat yang berada pada wilayah
Kesultanan Banten terdiri dari beragam etnis yang ada di Nusantara, antara
lain: Sunda, Jawa, Melayu, Bugis, Makassar, dan Bali. Beragam suku tersebut
memberi pengaruh terhadap perkembangan budaya di Banten dengan tetap terpacu
berdasarkan aturan agama Islam. Warisan budaya banten antara lain Debus. Debus
merupakan bentuk permainan yang diciptakan untuk menguji ketabahan dan keimanan
para prajurit Banten. Namun pada masa Sultan Hasanuddin berkuasa, kesenian
debus mulai digunakan sebagai seni untuk memikat masyarakat Banten yang masih
memeluk agama Hindu dan Buddha dalam rangka penyebaran Agama Islam. Kemudian
Bahasa. Sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati di Banten
bahasa penduduk yang pusat kekuasaan politiknya di Banten Girang, adalah bahasa
Sunda. Sedangkan bahasa Jawa, dibawa oleh Syarif Hidayatullah, kemudian
oleh puteranya, Hasanuddin.
Akhir
dari Kesultanan Banten
Setelah
Sultan haji berhasil menumpas pasukan sultan ageng, belanda langsung
menyodorkan surat perjanjian. Sultan haji mulai terasa berat akibat tekanan
dari Belanda, karena dalam perjanjian tersebut isinya bahwa Banten tidak punya
kekuatan lagi dalam hal ekonomi, politik, dan militer. Sultan haji pun dikejar
penyesalan atas tindakannya dalam melawah ayah kandungnya sendiri. Dengan
adanya perjanjian tersebut, jelas bahwa pihak belandalah yang menjadi pemenang.
Pada masa pemerintahan sultan haji banyak terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Pembunuhan
yang dilakukan oleh rakyat Banten terhadap belanda karena sikap sultan Haji
yang lebih memihak Belanda. Sebagian rakyat pun tidak mengakui sultan haji
sebagai sultan banten, dengan adanya tindakan seperti itu kehidupan sultan haji
menjadi gelisah terlebih lagi penyesalan dia terhadap ayah dan adiknya sendiri.
Belanda yang dijadikannya sahabat malah justru balik menyerang sultan haji. Karena
tekanan-tekanan itulah, sultan haji akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia. Sepeninggal
sultan haji terjadi perebutan kekuasaan oleh anak-anaknya. Perebutan kekuasaan
itulah yang akhirnya Belanda turun tangan dengan mengangkat anaknya sultan haji
yang bernama Abdul Fadl Muhammad Yahya sebagai sultan banten berikutnya. Pada
masa sultan ini menjabat, kekuasaan banten berada di Belanda, sehingga
kebijakan yang dilakukan sultan harus mendapat persetujuan dari Belanda.
No comments:
Post a Comment