Zaman Hindhu-Budha di
Indonesia
Perkembangan Agama Hindhu dan Budha di India
1. Agama Hindhu
Agama Hindhu
lahir dan berkembang di India, tepatnya di lembah sungai Indus. Kelahiran agama
hindhu dipengaruhi oleh 2 kebudayaan, yaitu kebudayaan bangsa dravida dan
bangsa arya. Bangsa dravida merupakan penduduk asli india. Kedatangan bangsa
arya merupakan titik awal perubahan sosial masyarakat india. Perkembangan agama
hindhu di India pada hakikatnya dibagi menjadi 4 fase, yaitu:
- Zaman Weda dimulai pada waktu kedatangan bangsa arya ke punjab
- Zaman Brahmana, kekuasaan kaum brahmana sangat besar terutama dalam bidang keagamaan
- Zaman upanisad, yaitu zaman pengembangan dan penyusunan filsafat agama
- Zaman budha mengembangkan sistem yoga dan semedi sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan
Kitab suci agama
Hindhu adalah Weda. Kitab weda di tulis dalam bahasa sansekerta, dan hanya kaum
brahmana yang menguasai isinya. Kitab weda menjadi pegangan pokok para brahmana.
Weda merupakan kumpulan sastra dari zaman india kuno yang jumlahnya sangat
banyak. Kitab weda digolongkan menjadi 2 yaitu sruti dan smrti. Sruti merupakan
kelompok kitab yang berisi wahyu. Smrti merupakan kelompok kitab bersifat
penjelasan terhadap sruti. Weda sruti disebut catur weda atau catur weda
samhita. Catur Weda dibagi menjadi 4, yaitu:
• Regweda,
merupakan kitab weda tertua. Regweda berisi ajaran pokok Hindhu dan terdiri
atas 10.552 mantra serta terbagi dalam sepuluh mandala
• Samaweda,
merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran lagu pujian wajib ketika upacara agama. Samaweda terdiri atas 1.875 mantra
• Yajurweda,
merupakan kitab yang terdiri atas 1.975 mantra dari regweda
• Atharwaweda,
merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis. Kitab ini
terdiri atas 5.987 mantra.
Agama Hindhu
menyembah banyak dewa. Kata dewa berasal dari kata div yang berarti bersinar. Dewa-dewa
tersebut antara lain Brahma, Wisnu, Siwa.Ketiga dewa tersebut disebut Trimurti.
• Dewa
Brahma disebut Dewa pencipta
• Dewa
Wisnu disebut Dewa pemelihara atau pelindung (dalam agama Hindhu Dewa Wisnu
merupakan dewa tertinggi)
• Dewa
Siwa disebut dewa pelebur. Karena bertugas melebur segala sesuatu yang sudah
usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi
Dalam masyarakat
Hindhu, masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta, yaitu:
1. Kasta
Brahmana
• Merupakan
kasta tertinggi.
• Kasta
brahmana terdiri dari para pendeta dan
pemimpin agama.
• Tugasnya
menjalankan upacara-upacara keagamaan
2. Kasta Ksatria
• Kasta
ksatria terdiri atas golongan bnagsawan, raja dan prajurit
• Tuganya
adalah menjalankan pemerintahan
3. Kasta Waisya
• Kasta
ini terdiri dari para pedagang, petani dan perajin, pelaku seni, nelayan
• Mereka
bertugas menjalankan roda perekonomian
4. Kasta Sudra
• Kasta ini merupakan kasta paling rendah
• Kasta ini terdiri dari buruh, budak, dan
pembantu
• Kasta ini bekerja apada kasta diatasnya mereka
Agama Budha
Agama Budha
muncul sebagai reaksi terhadap dominasi brahmana atas ritual keagamaan yang
dijalankan oleh masyarakat india. Agama Budha lahir abad ke 5 SM. Pembawa agama
Budha adalah Sidharta Gautama. Untuk mencari pencerahan hidup, ia bertapa
dibawah pohon beringin dan mendapatkan bodhi. Bodhi merupakan semacam
penerangan atau kesadaran yang sempurna. Dalam ajaran Budha, manusia akan lahir
berkali-kali (reinkarnasi). Hidup adalah samsara, menderita dan tidak
menyenangkan.
Menurut ajaran
Budha hidup menderita di sebabkan oleh adanya tresna atau cinta, yaitu cinta
(hasrat) akan kehidupan. Penderitaan dapat dihentikan dengan cara menindas
tresna. Ada 8 cara menindas tresna yaitu melaksanakan ajaran dengan benar, niat
dan bersikap benar, berkata benar, bertingkah laku benar, selalu memperhatikan,
serta bermeditasi dengan benar. Ajaran agama budha dirangkum dalam tripitaka. Tripitaka
berasal dari bahasa sansekerta. Tri artinya tiga, pitaka artinya keranjang. Kitab
tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan, sebagai berikut:
- Sutta pitaka, berisi pokok-pokok ajaran sang budha
- Vinaya Pitaka berisi aturan yang berkaitan dengan kehidupan pendeta
- Abhidharma Pitaka, berisi filsafat agama, psikologi
Kedatangan Agama Hindhu-Budha di Indonesia
Teori Kedatangan
agama Hindhu-Budha
1. Teori Sudra
- Golongan berkasta sudra menginginkan kehidupan yang lebih baik
- Golongan sudra sering dianggap orang buangan
Pendukung teori sudra
adalah Von Van Feber
Bantahan dari Teori Sudra
- Golongan sudra tidak menguasai ajaran agama hindhu, sebab mereka tidak menguasai bahasa sansekerta
- Tujuan mereka adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, oleh karena itu mereka punya tujuan utama dan bukan untuk menyebarkan agama hindhu
2. Teori Waisya
- Para pedagang India melakukan perdagangan dan sampai di Indonesia untuk berdagang
- Para pedagang india tersebut mereka membuat pemukiman sambil menunggu angin muson yang membawa mereka ke India sambil berinteraksi dengan penduduk indonesia dan sekalian menyebarkan agama islam
Faktor yang memperkuat teori Waisya adalah:
- Teori waisya mudah diterima oleh akal, karena dalam kehidupan faktor ekonomi menjadi sangat penting. Dan perdagangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi
- Terdapat kampung keling (kampung orang india di indonesia) yaitu di aceh, medan, malaka, jepara
- Pendukung teori ini N. J Krom
Kelemahan Teori Waisya
- Kaum waisya tidak menguasai huruf pallawa dan bahasa sansekerta
- Sebagian besar kerajaan hindhu-budha terletak dipedalaman, jadi jika pengaruh hindhu-budha dibawa pedagang tentunya kerajaan hindhu-budha terletak di daerah pesisir
- Motif mereka ke Indonesia hanya berdagang, jadi mereka tidak menyebarkan agama hindhu-budha.
3. Teori Ksatria
Teori ini
menyatakan bahwa agam Hindhu-Budha dibawa oleh golongan bangsawan. Ada 4 ahli
yang mengemukakan adanya teori Ksatria, yaitu F.D.K Bosch, C.C Berg, Mookerji,
J.L Moens.
a. F.D.K Bosch
Raja, bangsawan,
prajurit dari India mereka yang kalah perang meninggalkan daerahnya menuji
Indonesia salah satunya dan sekalian menyebarkan agama Hindhu-Budha. Kekalahan
politik di India menyebabkan mereka bermigrasi ke Indonesia dan menyebarkan
agama. Raja dan Bangsawan India sengaja datang ke Indonesia untuk menyerang dan
menaklukkan suku di Indonesia.
b. C.C Berg
Saat di
Indonesia sering terjadi perselisihan antarsuku. Kepala suku kemudian meminta
bantuan kepada golongan ksatria dari India. Golongan ksatria tersebut membantu
salah satu suku tersebut dan meraih kemenangan. Kemudia salah satu ksatria
akhirnya menikah dengan anggota kepala suku sehingga dari pernikahan tersebut
akan lebih mudah dalam proses penyebaran agama hindhu-budha
c. Mookerji
Pengaruh
hindhu-budha menyebar ke Indonesia akibat kegiatan kolonisasi. Proses
kolonisasi terjadi karena beberapa kerajaan Hindhu-budha di India melakukan
perluasan wilayah. Akibat dari proses ini berkembanglah kontak atau komunikasi
sehingga menimbulkan pembagunan candi bercorak hindhu-budha
d. J.L Moens
Teori ini
mengkaitkan proses terbentuknya kerajaan di Indonesia pada abad ke 5 M dengan
situasi di India pada abad yang sama. Pada waktu itu, di India sedang terjadi
peperangan antar kerajaan. Para prajurit yang kalah perang akhirnya tersingkir
ke wilayah Asteng. Moens menyatakan bahwa banyak golongan prajurit yang ke
indonesia dan mendirikan sebuah kerajaan.
Kelemahan teori Ksatria
Golongan ksatria
tidak menguasai bahasa sansekerta dan huruf pallawa. Apabila indonesia pernah
ditaklukkan oleh India tidak ada bukti tertulis yang menerangkan tentang hal
tersebut. Tidak mungkin pelarian Ksatria ke Indonesia mendapatkan kedudukan
yang mulia sebagai raja di wilayah lain khususnya Indonesia
4. Teori Brahmana
Pendukung teori
ini adalah Van Leur.Van Leur beranggapan bahwa kaum brahmana yang menyebarkan
agama hindhu-budha karena hanya brahmana yang mengerti isi kitab suci weda
Kelemahan Teori Brahmana
1. Mempelajari
bahasa snsekerta sangat sulit, jadi tidak mungkin raja di Indonesia yang telah
mendapat kitab weda dari kaum brahmana dapat mengetahui isinya
2. Menurut
ajaran Hindhu kuno, seorang brahmana dilarang menyebrangi lautan apalagi
meninggalkan tanah airnya. Jika ia melanggar aturan tersebut maka ia kehilangan
hak dan kastanya
5. Teori Arus Balik
Teori ini
dikemukakan oleh F.D.K Bosch. Masyarakat Indonesia memiliki peranan tersendiri
dalam penyebaran dan pengembangan agama Hindhu-Budha. Pneyebaran agama ini di
Indonesia di lakukan oleh kaum terdidik. Akibat interaksi dengan orang India
maka banyak penduduk Indonesia tertari mempelajari agama ini. Bukti dari teori
ini adalh adanya prasasti Nalanda yang meyebutkan bahwaRaja Balaputeradewa dari
Sriwijaya meminta raja di India untuk membangun Wihara di Nalanda sebagai
tempat untuk menimba ilmu oleh para tokoh dari Sriwijaya.
Jalur Kedatangan
Hindhu-Budha
1. Jalur darat
- Jalur Sutera Utara dari India ke Tibet, cina Korea dan jepang
- Jalur Sutera Selatan dari India utara, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, dan Indonesia
2. Jalur Laut
- India-Myanmar-Thailand-Semenanjung Malaya-Indonesia
No comments:
Post a Comment